Pondok Pesantren Ittibaus Sunnah (Wedi, Klaten) memiliki santri 85 orang. Kebutuhan air minum per hari sebanyak 5 galon. Sebelumnya, pondok ini menggunakan air minum isi ulang galon dengan merek lokal dengan harga Rp 5.000/galon. Berarti dalam sehari keluar anggaran untuk air minum Rp 25.000. Sebulan berarti sebesar Rp 750.000.
Setelah diberi tahu ada alat penyuling air Beyond Water, dan merasakan manfaat air sulingannya, pengelola pondok pun memutuskan untuk menggunakan alat ini. Merasakan manfaat?
Ya, sebelum membeli alat ini, kami berikan contoh 10 galon untuk para santri. Mereka merasakan air Beyond selama dua hari. Begitu 10 galon itu habis, air diganti ke isi ulang lokal seperti sebelumnya. Eh, para santri bilang. ”Enak yang kemarin tads!”
Rupanya, para santri merasakan, air yang mereka minum selama dua hari (masa percobaan) itu berasa beda. Begitu pula para ustadz. Maka, pengelola pondok pun memutuskan untuk membeli dan memasang alat Beyond Water ini.
Kini, mereka tak perlu lagi keluar anggaran harian sebesar Rp 25 ribu atau Rp 750.000/bulan. Sudah setahun dua bulan (425 hari) ini, pondok pesantren ini menggunakan Beyond Water. Setelah mereka hitung-hitung, ternyata benar, menggunakan Beyond Water jauh lebih hemat ketimbang isi ulang. Apalagi, terbukti, air sulingan Beyond Water lebih sehat.
Lebih hemat? Dari mana hitungannya? Secara gampang, bisa dilihat dari hitungan ini. Dan hitungan ini pula yang dipakai oleh pengelola pondok tersebut. Untuk beaya per galon (19 liter), awalnya mereka mengeluarkan Rp 5.000. Artinya, per liter, mereka harus membayar Rp 263. (5.000:19).
Selama 425 hari ini, pondok ini telah menggunakan Beyond Water. Itu artinya mereka telah mengonsumsi 40.375 liter air dari alat ini. (5 galon x 425 hari) atau 5 x 19 liter x 425 hari = 40.375 liter. Jika mereka membeli Beyond Water sebesar Rp 10.600.000 maka per liter mereka membayar Rp 262. (10.600.000 dibagi 40.375). Sama dong dengan air isi ulang galon lokal tadi?
Sama untuk waktu 14 bulan atau 425 hari. Tapi, alat BW ini masih tetap dimanfaatkan terus. Artinya, bulan ke-15, ke-16 dst tidak ada lagi anggaran yang dikeluarkan. Pendek kata, mereka yang memakai alat ini, telah berinvestasi di awal, untuk mendapatkan keuntungan selanjutnya.
Dan harap diingat, air sulingan BW ini, di pondok tersebut tidak hanya untuk minum saja. Saat memasak nasi, sayur, dan kebutuhan air lainnya, semuanya menggunakan air BW. Artinya, bisa jadi, yang dikeluarkan selama 14 bulan, jauh lebih banyak dari angka 40.375 liter itu.
Hitungan akan jauh lebih hemat jika didasarkan pada ”umur” alat ini selama 8 tahun. Alat BW seharga Rp 13.704.000 ini bisa digunakan hingga 200.000 liter dengan sejumlah penggantian alat penyaringnya.
Penggantian
Ultra 1 (keramik) setahun sekali. Ada penggantian 7 kali. (7 x 853.000) = Rp 5.971.000 Terminator-2 (1 x 2.420.000) = Rp 2.420.000 Terminator-3 (1 x 2.166.000) = Rp 2.166.000 Harga awal Rp 13.704.000
Total Rp 24.261.000
Artinya harga per liter airnya menjadi Rp 121 saja. (24.261.000 : 200.000 = 121,305)
Bandingkan dengan menggunakan isi ulang yang per liter jatuhnya Rp 263 tadi. Untuk 200.000 liter akan menghabiskan Rp 263 x 200.000 = Rp 52.600.000
Jadi, lebih murah mana: 200.000 liter dengan Rp 24.261.000 atau dengan Rp 52.600.000?